Bitcoin Terjun Bebas: Apa yang Harus Diketahui Trader di Bawah USD 95.000?
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/672525/original/bitcoint-140505-8-aji.jpg)
Simon Gerovich, CEO Metaplanet, mengungkapkan dalam sebuah postingan X pada tanggal 5 Januari bahwa ambisi perusahaan di tahun ini adalah untuk meningkatkan kepemilikan Bitcoin mereka hingga mencapai 10.000 BTC dengan memanfaatkan strategi pasar modal yang paling efektif. Ia menyoroti bahwa tekanan jual yang terus berlanjut, khususnya terhadap Bitcoin, menunjukkan bahwa pelaku pasar semakin mempertimbangkan risiko yang ada di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Metaplanet dikenal sebagai salah satu perusahaan terkemuka yang mengikuti pedoman investasi Bitcoin dari MicroStrategy dan saat ini memiliki 1.762 BTC setara dengan USD 173,4 juta dari 19 transaksi. Gerovich juga mencatat rencana untuk memajukan adopsi Bitcoin baik di Jepang maupun secara global, serta meningkatkan kehadiran Metaplanet di ekosistem Bitcoin di Jepang.
Fyqieh Fachrur, seorang trader dari Tokocrypto, mengungkapkan bahwa perubahan sentimen di pasar ini mencerminkan kekhawatiran yang lebih besar terkait risiko ekonomi yang muncul di tengah ketidakpastian dunia. Dia juga menekankan bahwa jika Bitcoin mampu pulih dan menembus level psikologis USD100.000, ada kemungkinan aset tersebut kembali menguji level tertinggi sepanjang masa di USD108.353. Dalam situasi pasar yang bearish ini, para pelaku pasar diingatkan untuk tetap waspada dan memantau indikator kunci yang bisa memberi petunjuk tentang pergerakan harga berikutnya.
Metaplanet tercatat sebagai pemegang Bitcoin korporat terbesar di Asia dan menempati posisi ke-15 dalam daftar pemegang Bitcoin terbesar di kalangan perusahaan publik, menurut data dari BitcoinTreasuries. Data dari CryptoQuant menunjukkan bahwa Net Taker Volume Bitcoin di Binance mengalami pembalikan tajam dengan puncaknya mencapai -USD325 juta pada hari Selasa lalu, angka yang paling signifikan di tahun 2025. Selain itu, rasio long-to-short Bitcoin juga menunjukkan angka 0,89, yang merupakan yang terendah dalam lebih dari sebulan terakhir.
Rasio ini mengindikasikan bahwa lebih banyak trader mengambil posisi untuk mempertaruhkan penurunan harga BTC, mencerminkan sentimen pasar yang semakin bearis. Di sisi lain, klaim pengangguran awal di AS turun secara tak terduga dari 211 ribu menjadi 201 ribu, yang merupakan level terendah sejak Januari 2024, menunjukkan pasar kerja yang lebih ketat.
Gerovich menekankan pentingnya mengamati level teknikal kunci seperti USD 92,493, yang merupakan level Fibonacci retracement 38,2%, sebagai acuan dalam mengamati pergerakan harga Bitcoin. Secara teknis, indikator Relative Strength Index (RSI) harian Bitcoin berada di bawah 50, pertanda bahwa momentum bearish masih berlanjut.
Di tengah segala ketidakpastian ini, Gerovich menekankan komitmennya untuk membangun perusahaan yang lebih dari sekadar konstruksi bisnis tetapi juga sebuah gerakan. Permintaan dari institusi investasi juga menunjukkan penurunan, dengan arus masuk bersih ETF spot Bitcoin hanya mencapai USD52,40 juta pada hari Selasa, jauh lebih rendah dibandingkan dengan USD978,60 juta pada hari sebelumnya.
Penurunan harga Bitcoin kembali terlihat signifikan, diperdagangkan di bawah level USD95.000 atau sekitar Rp1,5 miliar pada tanggal 9 Januari 2025. Penurunan ini sebagian dipicu oleh data ekonomi yang mengecewakan dari Amerika Serikat, seperti laporan Indeks Manufaktur ISM dan data JOLTs yang memicu tekanan jual di pasar.
Namun, para trader diharapkan untuk tetap mengawasi level teknikal kunci seperti USD92,493; jika tren penurunan berlanjut, Bitcoin berpotensi menguji level support tersebut. Setelah mengalami penurunan lebih dari 5% pada hari sebelumnya, ini memicu gelombang likuidasi besar di pasar kripto dengan total likuidasi mencapai USD 694,11 juta dalam 24 jam terakhir.
Fyqieh menambahkan bahwa BTC terus menunjukkan kelemahan seiring dengan data pasar tenaga kerja AS yang menguji harapan akan adanya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada paruh pertama tahun 2025. Hal ini dapat menyebabkan inflasi lebih tinggi, memperkuat proyeksi kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih lanjut oleh Fed. Oleh karena itu, data pasar tenaga kerja, arus ETF, dan kebijakan moneter Fed akan sangat berpengaruh pada arah Bitcoin di masa mendatang.
✦ Tanya AI