Derita Tersembunyi: Kisah di Balik Langkanya Gas 3 Kg di Pengecer
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5119375/original/075295400_1738575132-20250203-Kelangkaan_Gas_Elpiji-GANG_4.jpg)
Dalam dua pekan terakhir, penduduk di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menghadapi masalah serius berupa kelangkaan gas LPG 3 kilogram. Fitrani, salah satu warga, menyuarakan keluhannya di tengah situasi yang penuh cerita pilu. Gas yang seharusnya disubsidi pemerintah ini sulit didapatkan dari pengecer, memaksa masyarakat untuk mencari ke pangkalan resmi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, meminta agar masyarakat bersabar selama masa transisi dari pengecer menjadi pangkalan. Dia menegaskan bahwa langkah ini diambil untuk mengedukasi masyarakat dan mempermudah proses distribusi. Namun, kenyataan yang dihadapi oleh warga, terutama mereka yang tergantung pada gas untuk kebutuhan sehari-hari, sangatlah berbeda. Mereka harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk mendapatkan LPG 3 kg, bahkan harus antre berjam-jam.
“Dari kemarin seluruh warung sudah tidak ada yang menjual gas, padahal sangat penting untuk masak sehari-hari,” keluh Fitri. Sama seperti Santi, seorang ibu muda lainnya, yang mengatakan bahwa pengeluaran untuk membeli lauk yang biasanya dimasak kini meningkat drastis. Dalam situasi ini, banyak yang berharap pemerintah dapat turun tangan memberikan solusi nyata.
Masalah ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Sanggau, tetapi juga melanda Ibu Kota Kalimantan Barat, Pontianak. Kebijakan Kementerian ESDM yang mulai berlaku pada 1 Februari 2025 menghentikan distribusi LPG 3 kg kepada pengecer, menambah kerumitan bagi masyarakat yang sudah terbiasa berbelanja di tempat tersebut.
Santi, yang kebingungan mencari gas, mengatakan, “Saya tidak tahu harus mencari ke mana lagi untuk mendapatkan gas ini.” Dengan kebijakan baru, para pengecer yang sebelumnya menjadi andalan masyarakat kini tidak lagi berfungsi, menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan gas dalam waktu cepat.
Bahlil menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk mengontrol harga jual LPG 3 kg. Meskipun demikian, tindakan ini menyisakan banyak cerita duka. Di satu sisi, ada kebutuhan yang mendesak untuk mendukung kebutuhan memasak, di sisi lain, dengan keterbatasan akses ke pangkalan resmi, banyak yang terpaksa menunda aktivitas sehari-hari mereka.
Salah satu kisah memilukan datang dari Yonih, seorang ibu paruh baya berusia 62 tahun yang meninggal setelah terjatuh sambil membawa dua tabung gas 3 kg. Kejadian ini mencerminkan betapa kritisnya keadaan yang membuat warga harus berjuang keras untuk mendapatkan barang yang seharusnya mudah diakses.
Pindahnya distribusi dari pengecer ke pangkalan juga menyulitkan usaha kecil. Banyak yang terpaksa menghentikan aktivitas jualannya karena kesulitan mendapatkan gas. Fitri, yang sehari-hari menjual bakwan, menilai bahwa situasi ini sangat menyedihkan. “Usaha kecil seperti saya sangat membutuhkan gas LPG 3 kilogram,” ujarnya, tanpa kepastian kapan gas akan tersedia lagi di wilayahnya.
Menteri Bahlil menyampaikan bahwa mereka telah menginstruksikan agar pengecer yang memenuhi syarat dapat meningkat statusnya menjadi pangkalan, sehingga distribusi LPG 3 kg dapat lebih tepat sasaran. Namun, hingga saat ini, masih banyak warga terjebak pada antrean panjang sambil berharap agar kebijakan ini dapat segera memberikan dampak positif.
Banyak cerita duka di antara antrean gas. Sebelum meninggal dunia, Yonih dikabarkan telah berulang kali melakukan usaha untuk mendapatkan gas. Dia berangkat dari rumah menuju agen gas terdekat yang berjarak 300 meter. Ketidakpastian dalam mendistribusikan gas menjadi masalah utama yang harus segera diatasi oleh pemerintah.
Pangkal permasalahan juga muncul dari kebijakan yang dianggap tidak disosialisasikan dengan baik. Anggota Komisi VI DPR, Herman Khaeron, mengatakan bahwa Komisi VI akan memanggil Pertamina untuk mencari tahu penyebab kelangkaan ini. “Kami ingin menyoroti masalah ini, apakah ada kesalahan dalam rantai penyaluran atau malah aturannya yang bermasalah,” katanya.
Dia juga menekankan pentingnya Pertamina bertanggung jawab penuh terhadap penyaluran gas subsidi ini agar tepat sasaran dan harga. “Agen dan pengecer yang melanggar aturan bisa dicabut izinnya,” tambahnya, seraya berharap agar distribusi ke masyarakat dapat kembali lancar dan tidak mengorbankan mereka yang sangat membutuhkan.
Pada akhirnya, di tengah ramainya antrean di pangkalan-pangkalan gas, masyarakat memohon agar pemerintah dapat segera merespons dan mengatasi masalah kelangkaan ini. Pihak pemerintah diharapkan tidak hanya memberlakukan kebijakan baru tetapi juga melakukan sosialisasi secara menyeluruh agar masyarakat lebih siap menghadapi perubahan ini.
Jika Anda mencari alternatif produk digital untuk mendukung kegiatan sehari-hari, kunjungi juga: PUSAT PRODUK DIGITAL TERBAIK! 🎉 Temukan koleksi produk digital berkualitas mulai dari tools, e-book, hingga layanan eksklusif Lainnya.
✦ Tanya AI