Era Baru Finansial: Bank AS Resmi Sambut Kripto Setelah Pembatasan Dihapus!
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5028257/original/063990300_1732871477-fotor-ai-20241129161040.jpg)
Pengembangan Teknologi Blockchain dalam Layanan Keuangan
Fokus utama beberapa perusahaan saat ini adalah pengembangan produk dan layanan yang memanfaatkan keunggulan teknologi blockchain. Teknologi ini dikenal dengan sifatnya yang transparan, aman, dan terdesentralisasi. Meskipun masih dalam tahap eksplorasi, banyak perusahaan mengidentifikasi bahwa teknologi yang mendasari Bitcoin ini memiliki potensi luar biasa untuk merevolusi sistem keuangan global.
David Solomon, CEO dari Goldman Sachs, mengungkapkan pandangannya mengenai blockchain sebagai solusi inovatif untuk berbagai tantangan yang dihadapi oleh industri keuangan. Menurutnya, teknologi ini dapat mempercepat penyelesaian transaksi, mengurangi biaya, dan meningkatkan transparansi. Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh CoinMarketCap pada tanggal 24 Januari 2025, Goldman Sachs saat ini sedang aktif meneliti dan mengembangkan aplikasi berbasis blockchain untuk meningkatkan efisiensi dalam transaksi keuangan.
Dari perspektif perusahaan, mengadopsi teknologi ini bukan hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memungkinkan mereka untuk menawarkan produk dan layanan baru yang lebih menarik dan kompetitif bagi para klien. Salah satu perubahan penting dalam regulasi yang turut memperkuat hal ini adalah pencabutan pedoman yang sebelumnya diterbitkan dalam Staff Accounting Bulletin 121 (SAB 121).
Pencabutan pedoman ini dilakukan oleh Uyeda, yang sebelumnya melarang bank untuk menawarkan layanan terkait kripto. Dengan dicabutnya aturan ini, bank dan lembaga keuangan tradisional kini memiliki kebebasan untuk mengintegrasikan layanan kripto dalam operasi mereka. Pedoman SAB 121 yang pertama kali diimplementasikan pada Maret 2022 telah banyak mendapat kritik karena dianggap merugikan kemajuan kripto di sektor perbankan.
Sebelumnya, pedoman tersebut menghimpit industri perbankan dengan mengharuskan mereka menganggap volume kripto sebagai bagian dari neraca bank, yang membawa konsekuensi biaya tinggi. Awal tahun ini, Undang-Undang Tinjauan Kongres (CRA) disahkan dengan dukungan bipartisan untuk mengakhiri SAB 121. Komisioner SEC, Hester Peirce, yang sering dijuluki sebagai 'crypto mom' dalam komunitas kripto, merayakan pencabutan ini dengan nada optimis, menilai bahwa aturan tersebut tidak memberikan manfaat.
Senator Cynthia Lummis juga memberikan pujian terhadap langkah ini, dengan menyatakan bahwa SAB 121 'merusak' sektor perbankan dan memperlambat inovasi dalam bidang aset digital di AS. Langkah ini membuka jalan bagi adopsi lebih lanjut terhadap cryptocurrency oleh lembaga perbankan.
Dalam perkembangan selanjutnya, laporan dari Bitcoin.com pada tanggal 26 Januari 2025 menyebutkan bahwa pemimpin sementara SEC, Mark T., juga memberikan perhatian terhadap situasi terkini ini. Sebelumnya, Goldman Sachs, salah satu raksasa di Wall Street, mulai melirik potensi yang dimiliki oleh Bitcoin. Namun, mereka tetap menerapkan sikap kehati-hatian dalam mengadopsi cryptocurrency ini.
Hal ini dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk volatilitas harga Bitcoin yang tinggi, ketidakpastian regulasi di berbagai negara, dan kekhawatiran tentang penggunaan Bitcoin dalam aktivitas ilegal. Alih-alih berinvestasi secara langsung dalam Bitcoin, Goldman Sachs lebih memilih untuk mendalami pengembangan infrastruktur teknologi blockchain yang mendasarinya.
Secara keseluruhan, Goldman Sachs melihat Bitcoin sebagai inovasi teknologi yang menarik untuk masa depan. Namun, perusahaan menyadari bahwa masih diperlukan waktu agar teknologi ini dapat terserap secara luas dalam industri keuangan. Dengan fokus pada potensi jangka panjang dari teknologi blockchain, Goldman Sachs berupaya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan yang signifikan di masa mendatang.
✦ Tanya AI